Home » , , , » Badai Salju Dan Pancaroba

Badai Salju Dan Pancaroba

Badai salju terjadi saat udara yang hangat dan basah bertemu dengan udara yang dingin. Massa udara yang hangat dan basah dan massa udara yang dingin tersebut dapat mencapai diameter 1000 km atau lebih. Badai salju yang memengaruhi Amerika Serikat Timur Laut sering mendapatkan uap air dari udara yang berpindah ke utara dari Teluk Meksiko dan udara yang dingin dari massa udara yang datang dari Arktik. 

Di Amerika Serikat Barat Laut, udara yang hangat dan basah dari Samudera Pasifik mendingin saat didorong ke atas oleh pegunungan. Banyak hal yang berbeda dapat memengaruhi gerakan, isi uap, dan suhu massa udara. Semua perbedaan tersebut memengaruhi jenis dan keparahan badai salju.

Berbicara tentang badai dan cuaca yang tidak menentu yang kita rasakan dalam beberapa hari terakhir ini. Di saat kita sedang bersiap-siap memasuki musim kemarau, hujan tiba-tiba datang. Curahnya bahkan tinggi, sehingga banjir melanda beberapa wilayah. Di Jawa Barat, lalu lintas dari Bandung ke arah Timur hari Sabtu tersendat karena banjir yang melanda beberapa kawasan. Bahkan jalur ke arah Garut dan Tasikmalaya tidak bisa dilalui karena tingginya banjir yang menggenangi wilayah Rancaekek.

Sebelumnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur banjir harus dialami warga di wilayah itu karena meluapnya Sungai Bengawan Solo. Bahkan bukan hanya daerah yang dilalui sungai terpanjang di Pulau Jawa itu yang mengalami banjir, tetapi juga warga di pesisir utara seperti Kudus dan bahkan juga Pulau Madura. Wilayah Jakarta dan Bekasi juga dikagetkan oleh curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir.

Hari Kamis lalu banyak warga yang harus berjibaku, ketika ketinggian air di Sungai Pesanggrahan, Jakarta tiba-tiba naik tinggi dan menyebabkan rumah dan jalan terendam tinggi. Kekacauan musim sebenarnya bukan hanya dialami oleh kita saja. Sebelumnya di Amerika dan Eropa juga dikagetkan ketika pada bulan April tiba-tiba terjadi badai salju. Padahal pada bulan April biasanya masyarakat di sana sudah menikmati indahnya musim semi.

Kita sedang mengalami perubahan iklim yang ekstrem. Apa yang selalu dikatakan banyak ahli tentang Bumi yang sedang berubah, kini mulai dirasakan. Kita menjadi lebih sulit untuk menebak cuaca yang akan terjadi. Semua ini merupakan akibat dari tindakan yang kita lakukan sehari-hari. Pola hidup yang dijalankan manusia menyebabkan Bumi semakin panas. Emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan manusia di seluruh dunia, tidak bisa lagi terolah dengan baik oleh ekosistem yang ada. Gas CO2 yang tidak terserap oleh tumbuhan dan juga terumbu karang, akhirnya membentuk lapisan di atmosfir Bumi.

Akibatnya panas akibat Sinar Matahari yang seharusnya dipantulkan Bumi ke udara tertahan oleh lapisan CO2 yang semakin tebal dan bahkan panas itu dipantulkan lagi ke Bumi. Keadaan ini diperparah lagi oleh semakin tipisnya lapisan ozon yang seharusnya melindungi Bumi dari sinar ultra violet yang dipancarkan Matahari. Bahkan para ahli sudah menyebutkan di beberapa kawasan lapisan ozon itu sudah bolong sehingga Sinar Matahari semakin tidak tertahankan untuk menembus Bumi.

Kenyataan ini tidak bisa dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Sebaliknya, kita tidak bisa hanya saling menyalahkan. Harus ada upaya serius yang dilakukan untuk menghindarkan Bumi dari malapetaka hebat. Itulah yang sekarang sedang dilakukan para ahli di dunia. Mereka mencoba mencari jalan untuk menyelamatkan Bumi dari kerusakan. Mereka meminta seluruh kepala pemerintahan dan masyarakat dunia untuk bersama-sama menyelamatkan Bumi dari kehancuran.

Secara bersamaan, para ahli juga memikirkan bagaimana sebaiknya manusia bisa hidup pada kondisi alam yang sudah berubah. Ketika siklus perubahan cuaca sulit diprediksi, harus agar langkah terbaik untuk membuat dunia pertanian tidak sampai terlalu terganggu. Sebab, jumlah penduduk Bumi yang mencapai 7 miliar manusia, tidak bisa dibiarkan hidup tanpa makanan. Itulah yang seharusnya juga menjadi kesadaran kita yang hidup di Indonesia. Kita tidak boleh berhenti hanya menyesali berbagai musibah yang harus dihadapi. Pada saat yang bersamaan kita harus memikirkan bagaimana menciptakan cara bercocok tanam yang baru sesuai dengan zaman yang berbeda ini.

Upaya ini harus dilakukan segera, karena kita benar-benar sedang menghadapi perubahan iklim yang luar biasa. Sekarang ini daerah-daerah sentra produksi padi seperti Jatim dan Sulawesi Selatan misalnya, tidak lagi bisa menghasilkan produksi seperti masa-masa. sebelumnya. Surplus produksi mereka semakin tipis untuk mencukupi daerah lainnya. Kita tidak boleh terlambat untuk mengantisipasi keadaan ini. Bahkan masalah ini jauh lebih penting menjadi perhatian pemerintah dan seluruh masyarakat, karena berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari. Manusia tidak bisa makan dengan politik, manusia membutuhkan bahan pangan untuk bisa makan dan hidup.

0 comments:

Post a Comment